Sultengmedia.id- Proyek puluhan miliar rupiah yang digadang-gadang bakal menghidupkan ekonomi pasca pandemi, kini justru jadi monumen kegagalan. Sentra UMKM di Galesong, yang dibiayai lewat Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2022, hingga April 2025 masih terbengkalai.
Tak ada aktivitas, tak ada manfaat, hanya bangunan kosong yang jadi sorotan publik.
Kejaksaan Negeri Takalar tak tinggal diam. Usai libur Idulfitri 1446 H, penyidik kembali tancap gas menyelidiki indikasi korupsi di balik proyek mangkrak ini.
Dua nama besar langsung dipanggil: mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Takalar, Muksin Tiro, dan Kepala Bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP), Sumirra.
Keduanya terlihat hadir di ruang Tindak Pidana Khusus (Pidsus) Kejari, memicu spekulasi bahwa penyidikan mulai mengarah ke aktor-aktor kunci.
Sumber di lokasi menyebutkan ada empat orang yang hadir, termasuk Yusuf dan Wandi. Namun hanya Muksin dan Sumirra yang diyakini terlibat langsung dalam skandal proyek fiktif ini.
“Yang saya lihat empat orang, tapi yang terkait proyek UMKM cuma dua itu,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya.
Sebelumnya, Kejari sudah memeriksa sejumlah nama penting, termasuk tiga kepala desa di lokasi proyek—Tamasaju, Palalakkang, dan Aeng Batu-Batu—serta dua pejabat dari bidang Cipta Karya dan Aset.
Tak ketinggalan, Wahab selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) juga sudah dimintai keterangan.
Proyek yang seharusnya jadi tonggak kebangkitan ekonomi lokal kini justru menjadi simbol pemborosan anggaran.
Warga menuntut kejelasan: ke mana larinya uang rakyat?
Hingga kini, Kejari Takalar masih bungkam soal hasil pemeriksaan. Namun pemanggilan nama-nama strategis ini diyakini sebagai pertanda: proses hukum tak akan berhenti di tengah jalan.
Kasus dugaan korupsi proyek UMKM Galesong dipastikan akan dibongkar hingga ke akar.
(Red/K7)
Follow Berita Sultengmedia.id di news.google.com
